Tana Toraja merupakan daerah tujuan wisata yang paling terkenal di
Sulawesi Selatan. Wisatawan mancanegara menyebutnya sebagai obyek wisata
budaya dunia karena keragaman budayanya yang sangat kaya.
Salah satu budaya yang menarik dari Tana Toraja adalah adat
Mapasilaga Tedong atau adu kerbau. Kerbau yang diadu di sini bukanlah
kerbau sembarangan. Biasanya, kerbau bule (Tedong Bonga') atau kerbau
albino yang menjadi kerbau aduan. Kerbau yang termasuk kelompok kerbau
lumpur (Bubalus bubalis) tersebut merupakan spesies kerbau yang
hanya ditemukan di Tana Toraja. Selain itu, ada juga kerbau Salepo yang
memiliki bercak-bercak hitam di punggung dan Lontong Boke yang
berpunggung hitam. Jenis kerbau terakhir ini adalah yang paling mahal
dengan bandrol mencapai ratusan juta rupiah. Kerbau jantan yang sudah
dikebiri juga bisa diikutsertakan dalam Mapasilaga Tedong ini.
Sebelum upacara adat berlangsung, puluhan kerbau yang akan diadu
dibariskan di lokasi upacara. Kerbau-kerbau tersebut kemudian diarak
dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan
sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di
rante (pemakaman). Saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik
pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari
sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian.
Sebelum adu kerbau dimulai, panitia menyerahkan daging babi yang
sudah dibakar, rokok, dan air nira yang sudah difermentasi (tuak),
kepada pemandu kerbau dan para tamu. Adu kerbau kemudian dilakukan di
sawah, dimulai dengan adu kerbau bule. Adu kerbau diselingi dengan
prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro Tedong, yaitu menebas
kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas.
Kerbau adalah hewan yang dianggap suci oleh suku Toraja. Kegiatan
budaya ini biasanya ditampilkan saat Upacara Adat Rambu Solo, upacara
pemakaman leluhur yang telah meninggal beberapa tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar